Halo! Selamat datang di “Itcara”, rumah digital bagi siapa saja yang percaya bahwa masakan Indonesia adalah warisan yang harus dirayakan, dipahami, dan yang terpenting: bisa dibuat oleh siapa saja.
Jika Anda ada di sini, Anda mungkin pernah merasakan salah satu dari hal ini:
- Anda rindu masakan Ibu atau Nenek Anda, tapi saat Anda mencoba membuatnya sendiri, rasanya “tidak sama”.
- Anda menemukan resep di internet yang terlihat mudah, tapi hasilnya gagal total—Rendang jadi alot, Opor santannya pecah, atau Sambalado warnanya pucat.
- Anda frustrasi dengan resep yang menggunakan takaran “secukupnya” atau instruksi “tumis hingga harum” (Seberapa ‘harum’?! Berapa lama?!).
Jika Anda mengalaminya, Anda tidak sendirian. Saya juga pernah ada di posisi itu, dan itulah alasan “Itcara” lahir.
Cerita Saya: Ratih Puspitasari & Buku Resep Kuno
Saya Ratih Puspitasari, pendiri “Itcara”. Saya bukan chef lulusan sekolah kuliner. Saya adalah seorang ibu, seorang perantau, dan seorang penjaga warisan yang nyaris putus asa.
Bertahun-tahun lalu, saya pindah dari Padang ke Jakarta untuk bekerja. Hidup di kosan, saya sangat merindukan masakan Ibu saya. Suatu hari, saya menelepon beliau, meminta resep Gulai Ayam.
Jawabannya? “Oh, itu gampang. Masukkan saja kunyit, jahe, lengkuas… ya secukupnya. Bawangnya agak banyak. Tumis sampai wangi, masukkan santan, aduk-aduk jangan sampai pecah.”
Saya mencobanya. Hasilnya? Bencana. Warnanya pucat, rasanya langu (bau bumbu mentah), dan santannya pecah berantakan.
Saya sadar, resep warisan keluarga kita bukanlah resep. Itu adalah “ilmu rasa”—sebuah kearifan yang diturunkan lewat perasaan, bukan lewat takaran pasti.
Masalahnya, “ilmu rasa” itu terancam punah.
Saya pun memulai sebuah misi pribadi. Saya pulang kampung. Saya duduk di dapur bersama Ibu dan Nenek saya. Tapi kali ini, saya tidak hanya melihat. Saya membawa timbangan digital, sendok takar, dan timer.
- Saat Nenek bilang “jahe seujung jempol”, saya ambil jahenya, saya timbang. (Ternyata: 15 gram).
- Saat Ibu bilang “tumis sampai wangi”, saya menyalakan timer. (Ternyata: minimal 8 menit dengan api kecil).
- Saat beliau bilang “gula merah sekeping”, saya timbang. (Ternyata: 30 gram).
Buku catatan saya penuh dengan angka. Penuh dengan kegagalan. Penuh dengan “Aha!” momen. Saya mengubah “ilmu rasa” yang abstrak menjadi “ilmu pasti” yang bisa diduplikasi oleh siapa saja.
Mengapa “Itcara”? (Filosofi Kami)
Nama “Itcara” lahir dari celetukan saya di dapur. Setelah berminggu-minggu gagal membuat Cakalang Fufu yang pas, akhirnya saya berhasil. Saya berteriak, “Ah! ITU CARA-nya!”
Misi kami di “Itcara” adalah menerjemahkan warisan kuliner Indonesia ke dalam bahasa yang pasti, logis, dan anti-gagal.
Kami ingin setiap orang, di mana pun mereka berada, bisa memasak Ayam Woku, Soto Lamongan, atau Nasi Liwet seotentik buatan ahlinya di daerah asal.
Kami memegang teguh prinsip E-E-A-T (Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness):
- Pengalaman (Experience): Saya adalah “penerjemah” resep. Pengalaman saya adalah menjembatani resep “pakai feeling” generasi tua dengan generasi muda yang butuh takaran pasti. Saya telah melalui ratusan kegagalan agar Anda tidak perlu.
- Keahlian (Expertise): Fokus kami tajam: Resep Otentik Indonesia dengan Takaran Akurat. Kami adalah spesialis reverse engineering resep warisan. Kami tidak akan kompromi pada rasa asli hanya demi membuatnya “cepat dan mudah”.
- Otoritas (Authoritativeness): Otoritas kami adalah metodologi pengujian. Setiap resep di “Itcara” sudah lulus 3 tahap: (1) Verifikasi rasa dengan narasumber asli, (2) Uji coba takaran (minimal 3 kali), (3) Ditulis ulang dengan instruksi langkah-demi-langkah yang presisi.
- Kepercayaan (Trustworthiness): Kami 100% transparan. Jika resepnya rumit dan butuh 4 jam (seperti Rendang), kami akan katakan butuh 4 jam. Kami tidak akan memberi clickbait “Rendang 30 Menit”. Kami akan beritahu brand santan mana yang kami pakai, brand kecap mana yang paling pas.
Apa yang Akan Anda Temukan di Sini?
- Resep Warisan (Takaran Pasti): Resep-resep otentik dari seluruh penjuru Nusantara yang sudah kami ubah dari “takaran secukupnya” menjadi gram dan mililiter.
- Panduan Teknik Dapur: “Cara agar Santan Tidak Pecah (Secara Ilmiah)”, “Tanda Pasti Bumbu Sudah ‘Matang’ (Bukan Cuma Wangi)”, “Cara Menggoreng Ikan agar Tidak Lengket di Wajan.”
- Studi Kasus Bumbu: Perbedaan antara Lengkuas, Jahe, dan Kencur. Kapan pakai Ketumbar bubuk vs. Ketumbar utuh.
- Review Alat & Bahan: Ulasan jujur cobek batu vs. blender, panci presto, atau merek kecap asin mana yang paling mendekati rasa otentik.
Mari Memasak, Mari Menjaga Warisan
Memasak masakan Indonesia adalah sebuah penghormatan. Itu adalah cara kita terhubung kembali dengan akar kita. Jangan biarkan “ilmu rasa” itu hilang.
Terima kasih telah berkunjung. Ambil timbangan Anda, dan mari kita mulai memasak.
Punya resep keluarga yang ingin Anda “terjemahkan” takarannya? Ceritakan di kolom komentar.
Salam Wangi Dapur,
Ratih Puspitasari Pendiri & Kepala Penerjemah Resep “Itcara”